Kerja Cerdas dan Efektif

Kerja cerdas

Seringkali orang memiliki pemahaman yang kurang mendalam tentang bekerja dengan cerdas, karena kebanyakan orang lebih mengenal istilah bekerja keras. Kita bisa menyimpulkan pengertian bekerja dengan cerdas dalam dua kalimat:

  1. Bekerja secara efektif,
  2. Bekerja secara efisien.

Bicara tentang bekerja secara efektif, sebetulnya kita sedang berbicara tentang melakukan suatu pekerjaan yang benar untuk mendapatkan hasil yang benar; sementara itu, bicara tentang bekerja secara efisien, artinya kita berusaha untuk mendapatkan hasil maksimal seperti yang diharapkan dengan usaha dan waktu yang seminim mungkin.

Contoh yang paling sederhana adalah seorang office boy (OB). Ketika salah satu staff meminta seorang OB untuk membuatkan kopi, jika OB ini bekerja dengan cerdas dan efektif, dia akan bertanya sejak awal apakah ada staff lain yang juga ingin dibuatkan kopi, sehingga dia bisa membuat beberapa cangkir kopi sekaligus. Selain itu, sebelum mulai membuat, dia akan bertanya lebih lanjut seperti apa kopi yang diinginkan, gulanya dipisah, pakai susu, dll., karena masing-masing orang memiliki selera yang berbeda-beda. Jika si OB tidak melakukan tugasnya dengan efektif dan efisien, ia akan mondar mandir antara pantry dan kantor sehingga membuang-buang waktu dan tenaga.

Untuk memunculkan hasil kerja yang efektif dan efisien, dibutuhkan pemahaman yang mendalam dan penguasaan dari pekerjaan yang sedang kita lakukan. Pada masa-masa awal si karyawan menerima tugas dari atasan, ia bisa bertanya sebanyak mungkin tentang bagaimana cara mengerjakannya, seperti apa hasil yang diharapkan, ataupun detil-detil lainnya. Akan tetapi, setelah beberapa kali karyawan tersebut menerima tugas yang kurang lebih sama, pemimpin secara otomatis mengharapkan karyawan tersebut mulai memahami apa yang menjadi keinginan dan harapan dari pemimpin. Seperti yang tadi saya jelaskan, bekerja dengan cerdas juga memiliki definisi ‘doing the right thing to get the right result’.

Jika kita tahu dengan pasti apa yang diharapkan oleh pemimpin kita, otomatis kita juga akan melakukan apa yang memang harus dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan tersebut. Untuk bisa memahami apa yang diharapkan oleh atasan, sebetulnya kita hanya perlu belajar menyelami atau mengenali apa yang menjadi kebiasaan atasan kita.

1. Bekerja dengan efektif dan efisien

Untuk seseorang bisa bekerja secara efektif dan efisien

  1. Dia harus menguasai betul apa yang dikerjakannya
  2. Dia perlu belajar mengenali apa yang diharapkan oleh pemimpinnya, karena tanpa belajar memahami apa yang diinginkan oleh pemimpin, apapun yang kita kerjakan bisa jadi akan dipandang tidak cocok (atau tidak sesuai dengan yang diharapkan) oleh pemimpin.

Seringkali saya mendapati ada karyawan tertentu yang melakukan apa yang diperintahkan oleh pemimpinnya dengan caranya sendiri, dengan pemikiran bahwa hasil yang didapatkan akan jauh lebih baik dari yang dipatok oleh pemimpin, tapi pada kenyataannya hasil yang dia peroleh justru berkebalikan dengan apa yang diharapkan.

Satu hal yang perlu kita pahami, seseorang menjadi pemimpin bukan tanpa alasan. Meskipun seorang pemimpin bisa saja berbuat salah, tapi ia menjadi pemimpin karena ia memang mampu dan memiliki kapasitas untuk menguasai dan menghasilkan sesuatu. Dengan kata lain, ia sudah beberapa langkah di depan kita sebagai seorang karyawan.

Karena itu, belajarlah untuk membangun komunikasi yang baik dengan pemimpin, sehingga sebagai bawahan Anda dapat lebih memahami cara pikir, kebiasaan, dan apa yang diharapkan oleh pemimpin setiap kali ia memberikan tugas. Dengan demikian, apapun tugas yang Anda terima dari pemimpin akan bisa diselesaikan dengan hasil yang maksimal.

Bicara tentang memahami apa yang diharapkan oleh pemimpin, berarti kita perlu memiliki kemampuan untuk mendengar dengan attentive. Yang perlu kita lakukan sebetulnya hanya mendengarkan dengan baik ketika pemimpin memberikan perintah/tugas.

Alasan mengapa kita seringkali kesulitan menangkap apa yang diinginkan oleh pemimpin adalah karena ketika pemimpin bicara, pada saat yang sama otak kita juga “berbicara”. Dengan kata lain, kita tidak bisa berfungsi seperti busa spon yang menyerap air, padahal sesungguhnya otak kita ini didesain untuk bisa memahami segala sesuatu secara luar biasa. Jadi, ketika seorang pemimpin memberikan perintah/tugas, selama kita memusatkan perhatian dan mendengarkan dengan baik apa yang pemimpin sampaikan, saya percaya kita akan bisa memahami apa yang disampaikan pemimpin tersebut.

Bekerja cerdas berkaitan dengan IQ atau kecerdasan logis seseorang, karena bagaimanapun juga, tanpa terus mengasah kemampuan berpikir, ketika seseorang menerima tugas atau perintah dari atasan, ia bisa meresponi tugas yang diberikan tersebut dengan “blo’on”. Memang kata itu kurang enak didengar, namun seringkali itulah yang terjadi. Apalagi jika pemimpin kita memiliki latar belakang pendidikan yang cukup tinggi, sehingga ketika memberikan perintah seringkali menggunakan istilah-istilah yang terdengar asing bagi kita. Dalam situasi yang demikian, jika kita tidak sepenuhnya memahami apa yang pemimpin sampaikan, alangkah baiknya jika kita bertanya dan meminta penjelasan dari pemimpin. Namun, di saat yang sama, ketika pemimpin menjelaskan, ada baiknya kita belajar memahami dari cara pikir yang pemimpin miliki. Setelah mendengarkan penjelasan dari pemimpin, “rekam” semua hal tersebut dalam ingatan kita sehingga ketika pemimpin kembali memberikan perintah/tugas yang kurang lebih sama, kita segera mengetahui apa yang harus dilakukan.

2. Bekerja keras –> bekerja cerdas

Cara untuk mengubah seseorang yang sudah terbiasa untuk bekerja keras menjadi bekerja dengan cerdas adalah: pertama-tama, tentu saja orang yang bersangkutan harus mau meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang selama ini ia miliki dalam bekerja. Misalnya, ada orang-orang tertentu yang memang memiliki kebiasaan malas berpikir. Orang-orang seperti ini harus mau belajar untuk meninggalkan kebiasaan malas berpikirnya dan menjadi orang yang mau belajar serta terus melatih otaknya. Itu sebabnya, saya sering mendapati ada orang-orang tertentu yang memiliki kegemaran mengisi TTS ? ini adalah salah satu cara untuk melatih otak kita tetap bekerja secara aktif.

Ada orang-orang tertentu yang mau bekerja dengan cerdas dan efisien, tetapi pekerjaannya berkaitan dengan orang-orang lain yang agak “telmi”. Mau tidak mau yang harus kita lakukan adalah mulai membantu orang-orang yang agak “kurang cerdas” dalam bekerja ini sehingga bisa meningkatkan kecerdasan mereka dalam bekerja.

Belajarlah meningkatkan kapasitas Anda untuk berfungsi seperti seorang manajer. Jika kita melihat sebuah dokar, ada kuda yang menarik dokar tersebut, dengan dikendalikan seorang kusir. Mungkin memang ada orang-orang tertentu yang pada dasarnya sudah agak “terlambat” untuk dipacu agar dapat bekerja secara cerdas. Jika itu yang terjadi, mari belajar mengembangkan kapasitas kita seperti seorang manajer, supaya kita bisa mulai mengarahkan para pekerja keras ini dan “memanfaatkan” otot yang mereka miliki untuk mendapatkan hasil seperti yang kita harapkan.

Memang konsekuensinya adalah kita harus terus “memegang kendali” atas mereka “kita harus terus mengawasi dan memperhatikan mereka” tapi dengan sedikit bersabar dan terus mengembangkan kapasitas, tanpa sadar kita seperti sedang “mengendalikan” kekuatan dan otot yang mereka punyai untuk mendapatkan hasil yang kita inginkan.

Dengan demikian, kita tidak akan menjadi terlalu stres, karena ekspektasi yang kita miliki memang tidak terlalu tinggi lagi ? mereka cukup melakukan apa yang kita perintahkan.

Pastikan kita memahami apa yang harus kita kerjakan. Jika kita menerima tugas baru dari pemimpin yang belum kita mengerti sepenuhnya, ambillah waktu untuk mempelajari tugas yang diberikan itu, pahami sedetil mungkin, dan berusahalah untuk menguasai tugas tersebut. Semakin Anda menguasai tugas Anda, semakin Anda bisa mengerjakannya dengan keefektifan dan keefisienan yang tinggi, dan semakin Anda efektif dan efisien dalam mengerjakan tugas-tugas Anda, semakin dekat pula Anda dengan promosi yang diharapkan.

By Qday  sumber referensi Steven Agustinus

Baca Juga :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Silahkan Hubungi kami via Whatsapp
Call Now Button